Korporasi Bantu Petani Tingkatkan Produksi Kopi Hingga Kejelasan Akses Pasar

Bandung – Ety Sumiati, biasa disapa Nenek Ety, ketua kelompok tani kopi wanoja, Desa Laksana Maju Bandung, dimana salah satu dari bagian korporasi JPLM yang ada di bandung, mengapresiasi bantuan program Kementerian Pertanian khususnya Korporasi Petani.

“Dengan adanya korporasi ini, memberikan fasilitasi kepada kami untuk semakin maju dan berkembang, fasilitas yang kami terima antara lain pelatihan milenial, pelatihan ekspor, alat pasca panen atau sarana prasarana lainnya. Dengan bergabungnya kelompok tani ke koperasi ini juga menambah semangat kelompok tani kami dan tentunya memberikan banyak manfaat, petani tidak akan bimbang karena kepastian akses pasar kita aman jelas baik harga ceri, gabah maupun greenbean, harga pasar terbangun dan terkendali sesuai standar atau diatas harga pasar aman. Selain itu juga produk semakin banyak dan berkembang serta membuka lapangan kerja atau memberdayakan masyarakat setempat,” ujar Nenek Ety saat diwawancarai Tim Ditjen Perkebunan di kebun kopi miliknya.

Nenek Ety menuturkan, kelompok tani kopi wanoja telah berdiri sejak tahun 2012, dan mulai bergabung korporasi JPLM khususnya koperasi walama wanoja laksana maju di tahun 2020.

Saat ini kelompok tani kami sebanyak 65 orang, semula 55 orang, semakin bertambah dengan berjalannya waktu, mereka melihat kegiatan kami jadi semakin tertarik sehingga anggota kami kian bertambah. Sedangkan untuk luas kebun keseluruhan kelompok tani wanoja seluas 96 ha, produksi yang kita olah tahun lalu sebanyak 20 ton greenbean.

Di Kelompok tani kami, Lanjut Nenek Ety, tentunya kami bina, mulai dari budidaya hingga panen, kita kasih benih tanaman, dan lainnya. Untuk jenis kopi kami yaitu kopi arabika, dan telah mengirim kopi ke beberapa negara, seperti Dubai, Inggris, Eropa, Timur Tengah, dan lainnya.

“Kalau untuk ciri khas tertentu dibandingkan dari koperasi lain, sementara ini kita proses kopi specialty, tetapi tidak menutup kemungkinan dengan bergabungnya kelompok tani kami dengan korporasi, kedepan bisa juga proses kopi reguler, karena didukung alat sarana prasarana percepatan produksi yang menunjang dari koperasi tersebut,” tuturnya.

Kenapa saya pilih kopi, Lanjut Nenek Ety, karena tanaman lain musiman dan ada yang bisa merusak lahan hutan, kalau dengan tanaman kopi ini justru erosi tanah atau banjir bisa dikendalikan. Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan, banyak diminati pasar global, peluang bisnis yang cukup tinggi dan menguntungkan karena termasuk tren gaya hidup, bisa meningkatkan ekonomi keluarga, menghidupi atau memenuhi kebutuhan.

“Pandemi Covid-19 tentunya memberikan dampak, namun kami bersyukur masih bisa bertahan dan tidak sampai memberhentikan pegawai. Selain penjualan offline, kami juga terbantu dengan penjualan melalui online seperti tokopedia, shopee. Harga bervariasi tergantung proses kopinya, ada natural ada honey. Harga honey kopi, black honey, golden honey dan lainnya berbeda-beda, sebagai salah satu contoh untuk harga honey Rp. 135.000,” ujarnya

Nenek Ety menambahkan, Kami ada petani milenial, kami terbantu sekali dengan adanya petani milenial dalam kelompok tani kami, memudahkan penjualan, processing atau pemasaran juga.

Satreaa, petani milenial dari kelompok tani kopi wanoja dan koperasi walama wanoja laksana maju, bagian dari korporasi JPLM mengatakan bahwa, Bersyukur dengan program Kementan ini, atas bantuannya mendampingi korporasi kami, sehingga bisa menjadi lebih maju, bantuan berupa mesin pulper huler serta pengeringan sehingga produksi kami menjadi lebih baik dari sebelumnya. Selain dibantu pelatihan milenial, ekspor keluar negeri, kami juga dibantu fasilitasi kur untuk pemodalannya sehingga kami dalam produksi menjadi lebih cepat sekali perkembangannya.

“Dengan adanya korporasi JPLM didaerah kami, membuat kami menjadi lebih leluasa untuk menjual produk kopi kami, harga lebih baik, masyarakat daerah kami memiliki kesempatan bekerja di JPLM,” ujar satreaa, petani milenial kopi saat menelusuri kebun kopi sambil mengecek kondisi tanaman kopi.

“Dibutuhkan komitmen yang kuat semua anggota kelompok tani dan pihak terkait lainnya, agar kedepannya semakin baik, maju berkembang. Dan diharapkan kedepannya, dengan adanya korporasi ini, kopi semakin maju semakin mendunia, meningkatkan ekonomi keluarga, kesejahteraan keluarga petani juga, karena tanaman kopi ini dapat dikatakan membantu menjaga dan mempertahankan ekosistem lingkungan,” ujar Nenek Ety lagi. Humas Ditjenbun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *