Kediri – Seiring berakhirnya masa pandemi Covid-19, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya kembali melaksanakan Gerakan Pengendalian (Gerdal) Uret Tebu di Gapoktan Dorowati Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwiih, Kediri. Berdasarkan laporan pengamat OPT di lapangan, tingkat serangan hama perusak akar oleh uret tebu Lepidiota stigma cukup mengkhawatirkan.
Gerdal yang dilakukan tanggal 25 Mei lalu, di petak sampling milik Pak Aris pada luasan 0,3 Ha didapatkan 371 ekor, setelah dilakukan kegiatan pengendalian secara mekanis dengan traktor pembalik tanah. Hasil analisis menunjukkan jumlah populasi uret pada lahan sampling adalah 0,126 uret/m2. Kriteria serangan populasi tersebut masih pada kategori ringan (≤ 1 uret/m2 kriteria ringan, 1-3 uret/m2 kriteria sedang dan ≥3 uret/m2 kriteria berat). Jika tidak segera dilakukan pengendalian, maka musim tanam berikutnya dapat menjadi ancaman yang serius.
Menurut Wahyu Irianto, Koordinator Proteksi, BBPPTP Surabaya, sebelumnya kegiatan pengendalian OPT hanya dilakukan secara sporadis oleh masing-masing petani, sehingga populasi meningkat dan perlu dilakukan pengendalian secara massal. Dalam menunjang keberhasilan gerdal, BBPPTP Surabaya menerapkan strategi pengendalian pra tanam (pengambilan uret saat olah tanah) dan pemasangan jaring perangkap saat penerbangan imago/kumbang uret.
“Kita juga berikan bantuan alat pengendalian berupa jaring perangkap kumbang uret tebu sebanyak 200 unit jaring, 200 lampu dan 200 unit peralatan penunjang pemasangan jaring yang akan dipasang serentak di bulan Oktober 2022 nanti untuk perangkap saat musim penerbangan awal imagonya,” ujar Wahyu. Dirinya menambahkan, agar bantuan digunakan dan dimanfaatkan sesuai tujuannya, yaitu sebagai sarana pengendalian uret tebu dan dijaga sebagai aset dari Gapoktan Dorowati Desa Branggahan Ngadiluwih Kediri.
Wahyu menambahkan, aksi gerakan pengendalian ini diharapkan selain petani mampu mengadopsi teknologi dan menerapkannya pada kebunnya sendiri, juga dapat menekan Intensitas serangan dan populasi uret tebu yang menjadi permasalahan bagi petani selama ini dapat teratasi.
Kegiatan Gerdal merupakan agenda rutin BBPPTP Surabaya yang mendapatkan mandat dari Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian RI dalam mengelola dan mengawal kegiatan Gerakan Pengendalian Uret Tebu, melibatkan 75 petani mencakup areal 100 Ha. Secara umum Kabupaten Kediri memiliki luas areal tanaman tebu sekitar 25.839 Ha dengan luas serangan uret sebesar 683,07 ha termasuk di Kecamatan Ngadiluwih.
Gerakan Aksi Gerdal Massal Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian tersebut bersinergi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri. Subkoordinator Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Semusim dan Rempah, Nilamsari Sarjono, mewakili Direktur Perlindungan Perkebunan, Ditjen Perkebunan mengatakan, petani merupakan pelaku utama dalam ketersediaan pangan (gula) di Indonesia. Serangan hama dan penyakit pada tanaman tebu, terutama uret perusak akar tebu merupakan problem petani yang dapat mengurangi produksi tebu. “Dengan gerakan pengendalian secara masal dan serentak ini diharapkan permasalahan uret tebu di Kabupaten Kediri dapat terselesaikan, sehingga produksi dan produktivitas tebu terjaga,” ucapnya.
Hadir pada acara tersebut General Manager PG Ngadiredjo dan seluruh petugas Penyuluh Lapang Kecamatan ikut serta bersama kelompok tani bahu membahu mensukseskan Gerdal OPT tebu, termasuk Camat Ngadiluwih beserta jajaran bersemangat mengikuti kegiatan hingga akhir acara. Humas Ditjenbun