Sambas – Kesuksesan berbisnis di bidang pertanian harus memiliki kemampuan yang cermat dalam membaca peluang. Selain berfokus pada budidaya, kemampuan dalam memahami kegiatan penjualan, keinginan pasar dan mengidentifikasi peluang yang ada sangat penting untuk meningkatkan kinerja bisnis.
Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, Kabupaten Sambas di Provinsi Kalimantan Barat sangat diuntungkan untuk dapat melakukan kegiatan ekspor produk pertanian. Peluang itu yang di baca oleh sekelompok pemuda petani milenial yang diwadahi oleh Ardiasyah selaku Duta Petani Millenial Kementerian Pertanian.
Didampingi oleh Dandim 1208 Letnan Kolonel Dadang Armada Sari, hari ini petani milenial melakukan ekspor perdana buah-buahan hasil tanaman petani milenial Kabupaten sambas.
“Kami senang dengan geliat para petani milenial di Sambas, untuk itu kita fasilitasi petani untuk akses pasar, kita pertemukan mereka dengan eksportir yang juga berasal dari Sambas dan kita minta petani milenial terlibat langsung agar mereka tau seperti apa proses dari kegiatan ekspor tersebut,” tutur Dadang.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menekankan pentingnya sinergitas untuk pelaksanaan program program Kementerian Pertanian.
“Kita harus bekerja bersama, saling bersinergi untuk mencapai harmoni. Mari berikan pelayanan yang prima, peningkatan kinerja pelayanan, dan bekerja sama membentuk jejaring kerja agar program pembangunan pertanian kedepan dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan,” tegas Syahrul.
“Saya ajak para petani muda untuk tak gampang menyerah dan terus mengembangkan tanaman hortikultura. Ini akan menjadi salah satu kekuatan kita, “imbuh SYL.
Ardiansyah selaku Duta Petani Millenial Kementerian Pertanian asal Kabupaten Sambas mengatakan bahwa sangat termotivasi dengan kegiatan ekspor buah-buahan ini. Kegiatan ekspor ini adalah yang pertama baginya yang tergabung didalam kelompok petani muda milenial.
“Tentu kami tidak sendiri dan dibantu teman-teman petani muda lainnya dalam mendukung ketersediaan produk buah-buahan ini. Buah buahan yang diekspor perdana hari ini adalah semangka, dan Melon. Malaysia minta pengiriman 2 kali dalam seminggu. Dan beberapa hari kedepan kami siapkan kembali. Dengan demikian proyeksi penjualan ekspor ke Malaysia bulan ini sebesar 300 Juta Rupiah,”terang Ardiasyah.
Ardiasnyah menambahkan, setelah melakukan ekspor perdana buah semangka dan melon, pihak importir dari malaysia meminta produk lainnya berupa serai, ubi jalar orange, waluh (labu kuning), buah naga, pisang, jahe muda, jambu kristal, nenas, pepaya, petai dan kelapa.
“Masing-masing punya peran sehingga kegiatan ekpor ini bisa dilakukan. Bahkan kami ikut dilibatkan dalam pengiriman sampai ke negara Malaysia untuk melihat secara langsung proses pengiriman barang sampai di lokasi. Segera akan kami penuhi permintaan dari mereka. Saat ini kami sedang koordinasi dengan teman-teman petani lainnya untuk ketersediaan produk yang diminta kata Ardiansyah,” imbuh Ardiansyah.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, dalam berbagai kesempatan memotivasi petani millenial menyatakan tugas petani milenial itu ekspor, ekspor, ekspor. Petani millenial harus mampu bersaing dengan negara-negara lain yang mempunyai komoditas yang sama.
“Sebagai pemuda, kaum milenial harus menggunakan teknologi dan inovasi teknologi didalam pertanian. SDM pertanian adalah kunci pengungkit nya. Insan Pertanian harus punya daya saing,”tegas Dedi.
Sebagai Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jawai di Kabupaten Sambas, Darma Irawan, menyampaikan bahwa potensi Hortikultura di Kecamatan Jawai sangat besar. Komoditas unggulan yang ditanam petani adalah buah naga, cabe, semangka, melon, waluh (labu kuning) ubi jalar. Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk berbudidaya tanaman tersebut cukup baik.
“Sebagai salah satu kecamatan pemasok sebagian besar kebutuhan buah untuk diekspor tersebut, tentu ini adalah kesempatan yang baik. Peluang ini harus dijalankan terus menerus dan berkelanjutan, karena dari sisi ekonomi harga produk buah-buahan yang dijual ke negara tetangga Malaysia lebih baik dibanding dijual dipasar lokal. Petani milenial harus semakin yakin bahwa bertani dapat meningkatkan pendapatan dan bertani itu keren,”jelas Darma. LIN/ DIR/YNI