Antisipasi Dampak El Nino, Kementan Libatkan Petani Milenial

Berita, General81 Dilihat

BANYUASIN – Fenomena alam dampak perubahan iklim global, El Nino diperkirakan mencapai puncaknya dibulan Agustus 2023

Dalam menghadapi hal tersebut Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong dan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan serta mengantisipasi dampak El Nino dan sebagai persiapan dari semua daerah di Indonesia untuk menghadapi El Nino.

El Nino merupakan fenomena kering dimana curah hujannya itu lebih kering dari biasanya. Yang disebut dari biasanya itu rata-rata curah hujan selama 25 tahun, kalo El Nino itu lebih kering dibandingkan dengan rata-rata selama 25 tahun itu.

Sebagaimana arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang meminta kepada seluruh jajarannya untuk segera melakukan langkah strategis dan antisipasi dalam menghadapi el nino 2023.

Syahrul memastikan bahwa jajaran kementan telah siap siaga di lapangan untuk melakukan langkah-langkah preventif dalam menghadapi ancaman global El Nino. Ia juga mengharapkan persiapan pemerintah daerah untuk ikut serta membantu para petani yang kesulitan dalam menghadapi iklim ekstrim ini.

“Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim el nino yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun 2024,” tegas Menteri Syahrul.

Menyadari Pentingnya pengetahuan tentang hal tersebut, SMK PP Negeri Sembawa menggelar Millenial Agriculture Forum (MAF) volume 4 edisi 30 dengan mengangkat tema “Upaya Petani Milenial Jaga Produktivitas Pertanian Antisipasi Elnino” yang berlangsung secara daring melalui Aplikasi Zoom dan Live Streaming Youtube, pada Sabtu (8/7/2023)

Hadir membuka webinar, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi yang menyampaikan  BMKG sejak awal telah memprediksi fenomena El Nino, melalui peningkatan suhu sehingga membuat temperatur diatas samudra Pasifik lebih hangat, akhirnya udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Karena uap air ke bawa samudra Pasifik dengan sendirinya uap air di Indonesia berkurang secara signifikan sehingga peluang hujan turun secara signifikan.

“Air merupakan faktor produksi yg sangat vital bagi pertanian demi kelangsungan makhluk hidup. Oleh karena itu petani indonesia melalui irigasi.” jelas Dedi.

Sebagian besar pertanian di indonesia mengandalkan irigasi air hujan . Jika air hujan berkurang maka produksi pertanian terhambat. produksi pertanian tidak boleh terganggu kesediaan pangan akan terancam agar tidak terancam kita harus mencegah elnino ini.

“Cara mencegah adalah dengan mencari alternatif sumber air selain air hujan. El Nino tidak dapat dicegah, namun bisa diantisipasi dan dimitigasi yang tepat karenanya itu perlu ada strategi khusus untuk menghadapinya.”jelas Dedi.

“Sebagai insan pertanian, petani dan penyuluh wajib tahu dan paham apa yang harus dilakukan. Sekarang bahkan bukan hanya antisipasi tetapi juga adaptasi dan mitigasi. Karena hanya itulah yang bisa dilakukan agar produktivitas pertanian bisa dipertahankan,” tambah Dedi.

Pada kesempatan itu Dedi mangajak petani untuk menggadapi El nino dengan pemanfaatan air efisien dan hemat, perbaiki saluran irigasi, pembuatan embung, penggunaan teknologi, penahan air (biochars), dan penggunaan varietas unggul.

MAF kali ini mengundang dua narasumber yaitu Janu Muhammad (Founder dan CEO PT sayur Sleman Indonesia/Young Ambassador Agriculture Kementan RI) dan Iganitus Paulo Datoalin (PT Digitalisasi Tani Negeri/ Young Ambassador Agriculture Kementan RI).

Kepala SMK PP Negeri Sembawa Yudi Astoni yang turut hadir mengajak seluruh peserta mensukseskan webinar tentang antisipasi dampak elnino. dengan adanya Kegiatan MAF ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan, sekaligus bertukar pikiran, bertukar gagas bagi kaum milenial tentang antisipasi dampak elnino

Ignasius Paulo mengulas dampak dari Elnino yakni kegagalan panen dan tanaman, penurunan indeks pertanaman yang berujung pada penurunan produktivitas dan produksi; kerusakan sumber daya lahan pertanian; peningkatan frekuensi, luas, dan intensitas kekeringan; peningkatan kelembaban; dan peningkatan intensitas gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Adapun inovasi dan kolaborasi dalam mengatasi dampak elnino yakni melalui usaha pengolahan limbah makanan dan pertanian menjadi suplement pakan ternak, pupuk dan lainnya yang ramah lingkungan sekaligus memitigasi masalah perubahan iklim di sektor pertanian.

Alternatif lain adalah melalui usaha sektor pertanian dengan fokus budidaya dan pengolahan superfood yang ramah lingkungan dan high food security dengan melibatkan generasi muda di desa,

“Serta Aplikasi digital untuk mendigitalisasi model pertanian ramah lingkungan berbasis farm as a service dan karbon kalkulator dan karbon kredit digital di sektor pertanian untuk petani peternak di seluruh Indonesia” papar Ignasius Paulo.

Meneruskan paparan dari Ignasius Paulo, Janu Muhammad juga menjelaskan mengenai climate smart agriculture bagi petani milenial sebagai solusi antisipasi El Nino yang dampaknya pada kegiatan budidaya tanaman yang nantinya dapat berpegaruh pada harga dan pasokan pangan nasional yang semakin sulit untuk diprediksi.

Climate smart agriculture (pertanian cerdas iklim) merupakan suatu pendekatan yang mengubah dan mengorientasi ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan, sehingga keduanya mendukung pertanian berkelanjutan yang dapat memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim.

Adapun tujuan dari CSA yakni peningkatan intensitas pertanaman, penguatan adaptasi, serta mitigasi dan menghilangkan emisi gas rumah kaca. Selain itu juga teknologi hemat air (cara pemberian air secara terputus-putus), penggunaan pupuk organik serta pestisida nabati juga merupakan tujuan dari CSA.” sambungnya

Di akhir paparannya Janu mengatakan petani milenial harus siap dalam lmenghadapi dampak EL Nino,

“Tentunya sangat diperlukan komitmen yang kuat bagi petani milenial yakni adaptif, inovatif dan back to nature (kembali ke alam) ujar Janu.

Terakhir, melalui closing statementnya, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti mengajak semua petani untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan. Selain itu Kapusdik mengajak petani menerapkan smart farming, mengakses Kredit Usaha Rakyat [KUR], dan melakukan kolaborasi (networking). SMKPP Negeri Sembawa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *