LUWU TIMUR – Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan kapasitas dan kompetensi petani dalam mengelola pertaniannya dari hulu hingga hilir, termasuk pada komoditas kakao.
Hal ini dilakukan guna meningkatkan produksi, kualitas, dan usaha kakao serta kesejahteraan petani.
Peningkatakan kapasitas petani dilakukan Kementan di antaranya melalui ‘Training Bisnis Angkatan II tahun 2024’, yang diselenggarakan selama 21 hari oleh Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling Up Initiative (READSI) dengan PT MARS.
Salah satu bentuk implementasi program READSI dalam peningkatan usaha tani kakao tercermin dalam sub komponen 2.4 tentang Dukungan Pelayanan dan Pemasaran bagi Petani Kakao (Public Private Partnership) di Sulawesi.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan, menyampaikan bahwa sumberdaya manusia (SDM) menjadi tulang punggung penggerak pembangunan pertanian, karenanya sudah seharusnya memiliki kualitas yang mumpuni.
“Empat kunci yang perlu dipegang teguh agar SDM kita menjadi yang mumpuni. Yakni bekerja yang terbaik, fokus, cepat dan berorientasi hasil,” ujar Amran.
Mentan juga kerap kali menyampaikan bahwa pihaknya secara konsisten terus memberi ruang keuntungan bagi mereka yang mau terlibat di sektor pertanian, termasuk komoditas kakao. Di antaranya dengan menyediakan bibit unggul, pupuk subsidi dan alat mesin pertanian termasuk peningkatan kompetensi petaninya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, untuk membangun dan mengembangkan bisnis usaha kakao di wilayah Sulawesi perlu melibatkan banyak stakeholder dan harus dipandang sebagai sistem multidisiplin.
Dedi menambahkan, salah satu cara yang dapat dilakukan agar komoditas kakao dapat bersaing adalah dengan melakukan peningkatan nilai tambah.
“Yakni memalui proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi,” ujarnya.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah menyampaikan bahwa nilai produktivitas kakao di wilayahnya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun berbanding terbalik dengan perkembangan luas areal TM (Tanaman Menghasilkan) kakao yang mengalami penurunan.
Deputy Teknis Pusat Program READSI M. Apuk Ismane, saat wisuda peserta Training Bisnis Angkatan II, Cocoa doctor Sulawesi Tengah , Rabu (15/5/24) mengatakan, petani yang berhasil adalah mereka yang mampu meretas berbagai dinamika keterbatasan dan mengkonversinya menjadi materi sebagai imbal balik upayanya untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya.
Keadaan ini mempersayaratkan bahwa untuk menjadi petani yang berhasil maka mereka haruslah seorang yang pembelajar, inovatif, dan adaptif.
“Training bisnis ini juga diharapakan dapat menciptakan agropreneur, menumbuhkan wirausaha petani kakao mandiri dan dapat menjalankan usahanya dalan pengembangan kakao desa (Cocoa Village Center),” ujarnya.
Untuk diketahui, kerjasama program READSI dan PT Mars pada periode 2018 – 2024, telah menghasilkan output sebanyak 450 petani telah dilatih training agronomi dan 140 petani juga telah dilatih training bisnis di PT Mars.
Adapun jumlah peserta Training Bisnis Angkatan II berjumlah 28 orang, yang terdiri dari masing-masing cocoa doctor berasal dari Poso, Banggai, Tolitoli, Parigi Mautong dan Buol. Seluruh peserta Training Bisnis Angkatan II tersebut kini telah tuntas mengikuti pelatihan, telah menerimasertifikat dan telah diwisuda.
Tidak hanya pembinaan training agronomi dan bisnis saja, kerjasama READSI dan PT Mars juga nantinya akan memberikan Start Up Package kepada Cocoa Doctor, yang bertujuan untuk menumbuhkan wirausahawan mandiri agar dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya.
Ke depannya cocoa doctor yang telah terlatih akan menjalankan usaha sampingan bisnis kakao dengan 5 kriteria, yaitu criteria Pupuk Kompos, Kontrak Farming, Pembibitan Nursery, Pemangkasan dan Bahan Input. CHA