Tingkatkan Profesionalisme, Widyaiswara Kementan Belajar Alsintan

Berita, General10 Dilihat

MAKASAR- Ketersediaan pangan saat ini menjadi isu global yang menjadi tantangan besar Indonesia sebagai negara agraris. Adanya perubahan iklim global, konflik geopolitik dan kebijakan pembatasan ekspor menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan ketersediaan pangan di seluruh negara. Guna mengembangkan sektor pertanian khususnya produksi padi, Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya untuk memperluas lahan sawah melalui program cetak sawah rakyat (CSR) dan optimalisasi lahan (OPLAH) di 12 Provinsi di Indonesia.

Pada tahun 2024, Kementan telah menggarap seluas 350 ribu hektar lahan OPLAH yang berada di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan. Hal tersebut ditempuh untuk meningkatkan produksi beras nasional, menjamin keamanan pangan dan terciptanya swasembada pangan.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan bahwa swasembada pangan akan terwujud dalam 3 tahun ke depan. Target tersebut akan terwujud dengan mengandalkan skema pertanian modern melalui pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan melibatkan petani muda melalui brigade pangan. Ia optimis bahwa dengan kerja keras, Indonesia tidak hanya swasembada, tapi dapat menjadi lumbung pangan dunia.

Alsintan dapat mendukung tercapainya swasembada pangan karena dapat meningkatkan efisiensi kerja, menekan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Alsintan digunakan untuk menggerakkan kegiatan mulai dari pra tanam, tanam dan panen serentak.

Amran Sulaiman juga menjelaskan bahwa Kementan telah menyiapkan generasi milenial untuk turun ke lapangan melalui brigade pangan. Setiap brigade terdiri dari 15 petani milenial yang akan mengelola lahan seluas 200 hektar secara terstruktur dan terintegrasi dengan menggunakan alsintan yang dihibahkan dari pemerintah. Pada tahap pertama, brigade pangan akan didukung oleh 400 pendamping yang merupakan para pegawai Kementan terpilih, serta 50 mentor yang terdiri dari penyuluh, dosen, guru, dan widyaiswara.

Sejalan dengan arahan tersebut, upaya peningkatan kualitas SDM juga memerlukan inovasi teknologi guna menarik minat generasi muda untuk terlibat aktif di sektor pertanian.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Idha Widi Arsanti menekankan pentingnya teknologi dalam menarik minat generasi muda untuk berkarir di sektor pertanian.

“Anak muda sekarang berpikir bekerja di sawah itu identik dengan panas dan kotor. Padahal kita ingin mengenalkan alsintan (alat dan mesin pertanian) yang modern, semuanya sudah menggunakan traktor, combine, yang memudahkan petani,” kata Santi.

Guna meningkatkan kompetensi Widyaiswara dan Pendamping Brigade Pangan dalam operasional alsintan, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku menyelenggarakan training of trainer(TOT) Alsintan bagi Widyaiswara dan Pendamping Brigade Pangan. Kegiatan yang digelar selama 3 hari mulai tanggal 3 – 5 Desember 2024 itu melibatkan 35 orang peserta yang berasal dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP) Ciawi, Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku dan Komando Strategi Angkatan Darat Divisi Infanteri 3/Darpa Cakti Yudha Kompi Kavaleri 14/Julang Jagratara Pakatto.

BBPP Ketindan turut menugaskan 6 orang widyaiswara untuk mengikuti kegiatan tersebut guna meningkatkan profesionalismenya dalam operasional alsintan.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk melaksanakan pembelajaran baik di kelas maupun lokasi brigade pangan nantinya”, ungkap Jamaluddin Al Afghani selaku Kepala BBPP Batangkuluku pada Pembukaan TOT.

Kami memberikan contoh langsung terkait teknologi budidaya padi yang baik dan yang kurang baik disini, sehingga petani akan melihat sendiri perbedaannya. Jika mereka menggunakan pengelolaan tanaman terpadu maka hasilnya akan sangat baik, dan jika sebaliknya maka mereka akan berpotensi untuk mendapatkan hasil yang kurang optimal hingga 50% dari potensi produktivitas yang seharusnya”, imbuh Jamal.

Materi disampaikan dengan metode ceramah, demonstrasi, simulasi, tanya jawab dan banyak melaksanakan praktek langsung di lapangan untuk mengoperasionalkan traktor roda 2, traktor roda 4, alat tanam padi (rice transplanter) dan alat pemanen padi (combine harvester). Penggunaan alsintan sangat penting untuk optimalisasi lahan di areal luar Pulau Jawa. Nining Hariyani/Yeniarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *