PASURUAN – Dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas padi dan penerapan budidaya yang tepat guna untuk terwujudnya ketahanan pangan, Kelompok Tani (Poktan) Makmur Jaya, Desa Gunung Sari, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, melakukan pemupukan tanaman padi Rabu (11/06). Kegiatan ini melibatkan penyuluh pertanian, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), dan seluruh anggota poktan.
Pemupukan menjadi salah satu tahapan krusial dalam budidaya padi. Oleh karena itu, pendampingan dilakukan secara langsung di lapangan untuk memastikan praktik pemupukan berjalan sesuai prinsip 6T yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis, tepat cara, tepat lokasi, dan tepat frekuensi.
Ismiati, selaku penyuluh pertanian yang mendampingi kegiatan tersebut, menjelaskan bahwa pendampingan ini bertujuan mendorong petani agar memahami pentingnya manajemen pemupukan yang efektif untuk mendukung pertumbuhan optimal tanaman padi.
“Pemupukan yang tidak sesuai bisa menyebabkan inefisiensi, baik dari segi biaya maupun hasil panen. Pendekatan yang kami lakukan di sini berbasis rekomendasi kebutuhan spesifik lokasi (SL),” ujarnya.
Ketua Poktan Makmur Jaya, Kasiono, menyambut baik kehadiran penyuluh dan mahasiswa di lahan pertanian mereka. Menurutnya, pendampingan seperti ini membuat para petani lebih percaya diri dalam mengambil keputusan teknis di lapangan.
“Kalau sebelumnya kami hanya mengikuti cara-cara turun-temurun, sekarang kami dibimbing untuk memahami kenapa pupuk ini diberikan di waktu tertentu dan dalam jumlah tertentu,” ungkapnya.
Ratna sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang terlibat dalam kegiatan, mengatakan bahwa kegiatan ini sangat membantu dalam menerapkan ilmu yang diperoleh di kampus ke dalam praktik nyata di sawah.
“Saya belajar langsung dari petani dan penyuluh. Ini pengalaman yang berharga dan membuka wawasan saya bahwa praktik pertanian sangat kompleks dan dinamis,” kata Ratna.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa peran penyuluh merupakan ujung tombak dalam keberhasilan program ketahanan dan swasembada pangan.
“Penyuluh adalah penggerak utama di lapangan. Mereka yang mendampingi petani, memastikan tanam terjadi, dan melaporkan capaian secara real-time. Dukungan dan penguatan peran mereka adalah prioritas kami,” ujar Mentan Amran.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti turut menekankan pentingnya fungsi koordinatif dan kolaboratif yang dijalankan oleh penyuluh.
Ismiati selaku penyuluh pertanian pendamping, menambahkan bahwa dalam jangka panjang, petani juga akan dikenalkan pada sistem pemupukan berimbang terpadu (SPBT), yang menggabungkan pupuk organik dan anorganik untuk menjaga kesuburan tanah secara berkelanjutan.
“Kami juga mendorong penggunaan pupuk kandang fermentasi dari limbah ternak dan jerami yang ada di sekitar desa,” jelas Ismiati.
Desa Gunung Sari sendiri merupakan salah satu sentra produksi padi di Kecamatan Beji. Dengan lahan sawah yang cukup luas dan sistem irigasi teknis, wilayah ini memiliki potensi besar dalam mendukung swasembada beras tingkat kabupaten.
Koordinasi antara BPP Beji, penyuluh lapang, perguruan tinggi, dan petani menjadi langkah strategis dalam mengakselerasi transformasi pertanian.
Kepala BPP Beji, Kristian, mengungkapkan bahwa model pendampingan kolaboratif ini akan terus diperluas ke desa-desa lainnya di wilayah kerja mereka.
“Sinergi antara akademisi, praktisi, dan petani akan mempercepat adopsi inovasi teknologi tepat guna. Petani tidak hanya menjadi pelaku, tetapi juga pembelajar aktif dalam proses produksi,” ungkapnya. Ismiati/Asep Koswara*