Lada, teh, dan kelapa merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Ketiga komoditas ini sebagai komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara, meningkatkan pendapatan petani, dan menyediakan kesempatan kerja.
Lada merupakan salah satu komoditas subsektor perkebunan yang telah memberikan kontribusi nyata sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, dan sumber pendapatan petani. Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir utama lada di dunia, Ladang lada terbesar di dunia terletak di Indonesia.
Lada hitam berasal dari Lampung dikenal di pasar dunia sebagai “Lampung black pepper”, sedangkan lada putih berasal dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan dikenal di pasar dunia sebagai “Muntok white pepper”. Produksi lada dari kedua provinsi tersebut sudah merambah hingga ke pasar dunia. Prospek komoditas lada Indonesia dapat dilihat dari potensi pasar domestik yang cukup besar yaitu dengan semakin berkembangnya industri makanan yang menggunakan bahan baku dari lada serta meningkatnya konsumsi masyarakat dalam menggunakan lada sebagai penyedap makanan.
Selain lada, teh juga merupakan komoditas pertanian yang dapat menghasilkan devisa negara. Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2019-2021, Indonesia merupakan negara produsen teh terbesar ke-7 di dunia. Luas areal perkebunan teh di Indonesia yang diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 112.308 ha dengan produksi 144.063 ton. Wilayah pengembangan teh nasional tersebar di beberapa provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan area teh terluas di Indonesia tahun 2020 dengan areal Perkebunan Rakyat (PR) 45.175 ha, Perkebunan Besar Negara (PBN) 24.068 ha dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) 17.589 ha dan jumlah total areal teh di Provinsi Jawa Barat sebesar 86.832 hektar ( 77,31%) dari data luas areal teh nasional.
Pada saat ini berbagai jenis olahan teh sangat diminati oleh masyarakat seluruh dunia dari berbagai macam kalangan. Daun teh dapat diolah menjadi minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, bahkan pada saat ini minuman teh menjadi sangat populer dikalangan milenial. Tidak kalah dengan kopi, bisnis minuman teh juga bisa menjadi bisnis yang sangat menjanjikan.
Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2019-2021, produksi teh sebagian besar diekspor ke mancanegara dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Ekspor teh di Indonesia menjangkau lima benua yaitu Asia, Afrika, Australia, Amerika dan Eropa. Pada tahun 2019, empat besar negara pengimpor teh Indonesia adalah Malaysia, Russia Federation, Pakistan dan United States.
Selain lada dan teh, salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa dari ekspor adalah kelapa. Komoditas kelapa selain dimanfaatkan untuk konsumsi dan pemenuhan bahan baku industri dalam negeri, sebagian lagi diekspor untuk mendatangkan devisa sehingga komoditas ini menjadi salah satu sumber andalan pendapatan negara. Kelapa merupakan tanaman yang paling banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara. Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara, saat ini menjadi negara penghasil kelapa terbesar di dunia.
Menurut Plt Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Ali Jamil, MP., Ph.D. permintaan kelapa dan produk turunanya baik untuk konsumsi segar, bahan baku industri maupun ekspor tiap tahunnya terus meningkat. Bahkan saat ini Indonesia menjadi negara penghasil briket tempurung kelapa terbaik dunia, dan permintaan pasar ekspor belum terpenuhi. Demikian pula permintaan gula semut organik serta tepung kelapa dari negara negara eropa yang cukup tinggi, sehingga usaha tani kelapa ini semakin menjanjikan.
“Saat ini memang masih ada keterbatasan ketersediaan benih unggul kelapa untuk pengembanganya, terutama kelapa genjah dan hibrida, dan sedang kita upayakan percepatan penyediaannya dengan memperbanyak kebun kebun sumber benih sesuai ketentuan perundang-undangan untuk mendapatkan benih unggul bermutu tersebut guna memenuhi target pengembangan khususnya peremajaan tanaman tua rusak yang kebutuhanya mencapai ratusan ribu ha per tahun” ucap Ir. Ali Jamil, MP., Ph.D .
Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ir. Hendratmojo Bagus Hudoro menyampaikan bahwa untuk mendukung ketersediaan bahan baku, melalui APBN Direktorat Jenderal Perkebunan telah melaksanakan kegiatan pengembangan kelapa setiap tahunnya tidak kurang dari 10.000 ha, terdiri dari perluasan tanaman, peremajaan dan intensifikasi.
“kegiatan tersebut diharapkan dapat menambah luasan tanaman kelapa dan menggantikan tanaman tua rusak atau tidak produktif serta meningkatkan produksi kelapa dari kegiatan intensifikasi” ucap Ir. Hendratmojo Bagus Hudoro.
Ketiga komoditas perkebunan tersebut tentunya berperan penting untuk menghasilkan devisa negara. Produksi ketiga komoditas tersebut harus selalu ditingkatkan. Berdasarkan neraca perkebunan tahun 2021 ekspor lada tercatat sebanyak 39,961.36 ton, sedangkan impor lada tercatat sebanyak 295.37 ton. Berdasarkan data statistik perkebunan Indonesia tahun 2019-2021, Indonesia merupakan negara eksportir lada terbesar ke-2 di dunia.
Ekspor teh tercatat sebanyak 46,003.88 ton sedangkan impor teh tercatat sebanyak 10,442.75 ton. Sedangkan ekspor kelapa tercatat sebanyak 2,134,555.64 ton, sedangkan impor kelapa tercatat sebanyak 76,183.28 ton. Dari data ekspor dan impor lada, teh, dan kelapa 2021 dapat dilihat bahwa ekspor ketiga komoditas tersebut jauh lebih besar dari impornya.