Malang –Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo menegaskan komitmennya dalam memantapkan penguatan komoditi lokal untuk kemandirian pangan demi meningkatkan kesejahteraan petani serta mengantisipasi krisis pangan global yang saat ini sedang melanda dunia.
“Untuk itu diperlukan pemetaan potensi unggulan daerah, termasuk potensi komoditas lokal, sehingga akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan petani”, tegas Mentan SYL
Sebagai sumber pangan, ubi jalar dan ubi kayu merupakan salah sumber pangan yang kaya akan serat dan segudang manfaat bagi kesehatan. Dengan teknik pengolahan hasil yang tepat, ubi jalar dan ubi kayu dapat naik kelas dengan olahan dan pengemasan menjadi produk yang memiliki nilai tambah.
Untuk mendukung upaya memberi nilai tambah tersebut, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan sebagai UPT Pelatihan dibawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyelenggarakan Pelatihan Pengolahan Ubi Kayu dan Ubi Jalar bagi 30 orang petani (non aparatur) yang berasal dari Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT.
Sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, menegaskan bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama.
“Sudah saatnya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tetapi juga mampu secara off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen. Tuntutannya adalah petani harus pandai berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru,” paparnya.
Untuk meningkatkan nilai tambah dari produk ubi kayu dan ubi jalar agar bisa sejajar dengan pangan lain, perlu adanya sentuhan teknologi, sehingga menarik untuk disajikan, enak dan ekonomis untuk dikonsumsi. Selain itu harga jualnya menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang dijual dalam bentuk umbi mentah.
Kepala BBPP ketindan, Sumardi Noor berpesan kepada seluruh peserta pelatihan, agar bisa mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di BBPP Ketindan.
“Sebagai salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia yang sering diremehkan karena nilai ekonomisnya rendah, maka ubi kayu dan ubi jalar bisa naik kelas karena bisa diolah menjadi makanan yang menghasilkan nilai ekonomis tinggi. Dan tentunya untuk ketahanan pangan, umbi ini adalah salah satu pilihan dari sekian tanaman pangan lainnya. Maka petani-petani dan kelompok wanita tani bisa secara maksimal diajari dan dikawal terus agar bisa menaikkan hasil olahan pangan umbinya,” tutur Sumardi.
Dengan hasil maksimal dan berkualitas, produk olahan ubi jalar dan ubi kayu bisa meningkatkan pendapatan petani. Melalui pelatihan pengolahan hasil ubi kayu dan ubi jalar, petani bisa menerima materi dan mengaplikasikannya sendiri seperti membuat tepung moccaf, tepung ubi jalar, cookies, es krim ubi jalar, roti burger cassava, brownies ubi jalar, serta aneka pengemasan yang menarik agar nilai jual semakin tinggi. Yeniarta