Petani milenial di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dinilai akan berperan besar dalam peningkatan produktivitas NTB. Kementerian Pertanian sendiri memberikan perhatian yang besar terhadap petani milenial.
Hal ini dibuktikan setelah Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), membentuk Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA).
“Bung Karno pernah menyampaikan menyampaikan bahwa pemuda itu cerdas, enerjik dan inovatif. Hal itu terbukti bahwa DPM asal Nusa Tenggara Barat mampu memproduksi pupuk hayati yang mampu meningkatkan produktivitas tanah,” ujar Kepala BPPSDMP, Dedi Nusyamsi saat bertemu DPM NTB, Azwar Fuadi didampingi Kepala Balai Karantina Provinsi NTB, Kepala BPTP, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, dan Kepala SMKPP Mataram, Jumat (13/11).
Dalam kesempatan itu, Dedi Nusyamsi mengatakan, pupuk hayati Bio Az Wa yang dihasilkan petani milenial, mampu meningkatkan produktivitas tanah, seperti bila digunakan untuk tanaman tembakau, maka kualitas tanah akan bagus, pertumbuhannya tanamannya hebat dan berkualitas, meningkat lebih dari 50 persen. Selain itu ada produk pembenah tanah dan pestisida nabati organik.
“Produk inovasi tersebut dibuat dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di ladang tembakau sawah untuk meningkatkan produktivitas tanahnya. Saya minta DPM dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTB untuk mencetak sebanyak-banyaknya petani pengusaha milenial, minial satu kabupaten satu petani milenial,” katanya.
Menurut Dedi, Kalau NTB bisa cetak 10 petani milenial dalam satu kabupaten, maka produktivitas pertaniannya akan berkembang pesat. Terbukti sekarang saja sudah mampu ekspor keluar daerah dan tembakaunya sudah ekspor keluar negeri.
Dedi juga meminta seluruh penggiat pertanian, di NTB untuk meningkatkan komoditas pertanian yang ada, terutama untuk pakan ternak budidaya sapi. Sebab menurutnya, kalau pakannya digenjot, pasti sapinya tumbuh subur.
“Kalau kita sekarang masih impor daging, peran duta petani milenial bisa mendongkrak pakan ternak dan produktiivtas sapi dan daging”, tambah Dedi Nusyamsi.
Untuk itu, Kementerian Pertanian terus mendorong guna meningkatkan kemampuan dan bimbingan petani milenial, pertama melalui virtual maupun konvensional. Kedua, mendampingi sepak terjang petani milenial dalam mengenjot produktivitasnya. Ketiga membangun forum komunikasi untuk kordinasi bagi DPM dan DPA Indonesia.
“Saya sendiri sudah menyaksikan kerjasama DPM dengan industri olahan. Dimana industri tersebut membutuhkan bahan baku seperti jambu batu, nanas, sirsak, dan lainnya guna dijadikan ekstrak dan tepung untuk ekspor. Dan DPM dari beberapa daerah siap memasok kebutuhan industri tersebut,” ujarnya.
Ditambahkannya, Kementerian Pertanian juga akan terus mendukung petani milenial agar berkiprah semaksimal mungkin dari hulu sampai hilir.
“Dari hulu bagaimana mendapatkan akses modal, meningkatkan produktivitas tanah, sedangkan hulunya disiapkan pasar,” tambah Dedi Nursyamsi.
Menanggapi harapan Kepala BPPSDMP, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Husnul Fauzi mengatakan akan memunculkan petani milenial di setiap kabupaten minimal satu petani milenial.
“Tugas kami merapatkan barisan bersama milenal untuk meningkatkan produktivtas dan menciptakan inovasi sepeti yang dilakulan Adzwar. Dengan kepiawaian inovasi anak muda, semua harapankan akan terbapai. Apalagi pemenuhan kebutuhan pangan di daerah semakin tinggi, maka produktivtas akan ditingkatkan,” ujarnya.
PDM asal NTB, Azwar Fuadi mengatakan, sebagai DPM perwakilan Provinsi NTB siap mereasonansikan dan mengaktivasi petani milenial lain untuk terjun di dunia pertanian. Karena petani itu tidak lagi identik dengan kotor dan miskin, tapi justru menghasilkan ekonomis yang tinggi. “Dan kita akan mengajak mereka lebih banyak lagi,” ujarnya.
Dirinya menambahkan ide inovasi produk yang dibuatnya dari permasalahan kelangkaan pupuk.
“Sebenarnya bukan pupuk yang langka, tapi kita kurang cerdas melihat peluang. Bukan pupuk yang meningkatkan produksi, tapi bagaimana pupuk itu diserap maksimal. Dengan inovasi yang kita ciptakan, bisa menjadi solusi bagaiaman tanah yang ph-nya rendah, kadar logam tinggi, semua bisa dipecahkan dengan teknologi,” kata Azwar.
“Produk ini sudah menyebar di empat provinsi dan satu provinai sudah ada distributornya. Kedepan, target kita pemasarannya sampai Indonesia Timur. Saat ini produksinya masih 10 ribu liter, kedepan bisa 100.000 liter karena permintaannya semakin bertambah. Semakin langka pupuk maka produk ini solusinya,” tambahnya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan petani milenial adalah masa depan pertanian Indonesia.
“Kita akan terus lakukan regenerasi. Kita akan upayakan mencetak petani-petani milenial untuk mendukung kemajuan pertanian di Indonesia,” katanya. CHA