Tikus, hama yang sangat meresahkan petani. Di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Kecamatan Nganjuk, pengendalian tikus dilakukan salah satunya dengan membangun rumah burung hantu telah atau yang disebut dengan rubuha. Beberapa penyuluh pertanian dan petugas pengendali organisme pegangganggu tumbuhan (POPT) telah banyak mengenalkan rubuha kepada petani-petani di wilayah kerjanya.
Menurut Djoko Erwanto petugas POPT Kecamatan Nganjuk rubuha merupakan inovasi teknologi ramah lingkungan dan efektif mengendalikan tikus. Pemanfaatan burung hantu atau tyto alba sebagai predator tikus, banyak membantu petani dalam mengamankan tanaman padinya. “Untuk membangun rubuha dibutuhkan perlengkapan berupa sarang untuk tidur dan bertelur, tempat bertengger, tempat minum, dan ketersediaan pakan berupa tikus,” ujar Erwanto.
“Cara berburu burung hantu cukup efektif dalam pengendalikan tikus di daerah kawasannya. Hal ini disebabkan tyto alba tidak akan berburu mangsanya di tempat lain apabila disekitar sangkarnya masih cukup banyak mangsa dan mudah untuk mendapatkan tikus. Namun kawasan perburuan akan meluas dengan berkurangnya populasi tikus di kawasan perburuan sebelumnya. Dengan ketersediaan pakan, maka burung hantu akan memperoleh makanan minimal 2 ekor tikus dalam semalam. Insting burung hantu mampu mendeteksi dan mampu menangkap tikus dengan cakarnya sampe radius 500 meter,” lanjut Erwanto.
Nurul Hidayah penyuluh pertanian Kecamatan Nganjuk mendampingi petani binaannya mendirikan Rubuha di Poktan Taruna Tani Kelurahan Kramat Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk. Ia mengatakan bahwa yang perlu diperhatikan dalam pembuatan rubuha sebaiknya berupa papan kayu yang di cat warna gelap sesuai dengan kebiasaan hidup burung bantu di habitat aslinya. Rubuha juga perlu dibuatkan dua pintu, yakni pintu depan dan pintu samping. Pintu depan diletakkan di tempat santai dan selalu terbuka. Fungsi pintu depan adalah untuk keluar masuk tyto alba. Pintu depan ini dapat dibuat dengan ukuran 30 cm x 40 cm. Sedangkan pintu samping diletakkan di antara tempat santai dan tempat tidur. Pintu samping ini berfungsi sebagai pintu untuk mengintip dan harus selalu tertutup. Pintu samping dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Ukuran tempat tidur harus dibuat lebih besar daripada tempat santai. Ukuran rubuha secara keseluruhan adalah 1 m x 70 cm x 50 cm.
“Burung hantu merupakan hewan disiplin dalam menggunakan tempat-tempat di didalam rumahnya yaitu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tempat tidur hanya digunakan untuk beristirahat, bertelur, mengerami telur, dan untuk mengasuh anak-anaknya. Sedangkan di tempat santai digunakan untuk bercengkrama dan menyantap hasil buruannya. Oleh karena itu, di tempat santai sering ditemukan bulu-bulu tikus dan muntahan balik sisa makanan yang tidak tercerna,” jelas Nurul.
“Pertanian tidak boleh berhenti untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia,”ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Oleh karena itu, BPP Nganjuk terus berupaya melakukan pendampingan kepada petani agar pertanaman padi terus bertambah dan produksi semakin meningkat. Saidi Koordinator BPP Nganjuk, menekankan kepada semua poktan di Kecamatan Nganjuk untuk menjaga keseimbangan ekosistem karena alam yang tidak seimbang akan berdampak pada kehidupan manusia itu sendiri. “Dan perlu dipahami juga bahwa langkah untuk mengembalikan peran burung hantu sebagai predator tikus memerlukan proses secara bertahap. Pembuatan rumah burung hantu merupakan bagian dari ikhtiar petani beserta BPP Kecamatan Nganjuk untuk mengendalikan hama tikus sawah yang meresahkan petani,” kata Saidi.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian, namun sektor pertanian semakin kokoh lantaran kerja keras petani didampingi penyuluh.
“Petani harus turun ke lapangan, penyuluh harus turun ke lapangan dan mendampingi petani. Dalam kondisi apa pun, pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Untuk itu, kita harus tanam dan memastikan produksi tidak berhenti,” tegas Dedi. HESTI/YENI