Keberhasilan budidaya tanaman padi tidak terlepas dari tantangan bagaimana merawat tanaman dengan baik, pemberian nutrisi yang cukup, serta pengaturan pengairan. Pentingnya menjaga tanaman padi aman dari serangan hama dan penyakit serta memperhatikan keseimbangan ekosistem. Untuk itu diperlukan teknik budidaya dan adopsi teknologi yang tepat dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, agar dapat mencapai hasil yang maksimal, ramah lingkungan.
Kelompok tani (Poktan) Kedungsuko Satu Desa Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur memiliki luas lahan 50 hektar dengan komoditas utama tanaman padi dan palawija. Tanaman padi dibudidayakan pada musim tanam I dan II (bulan November – Desember dan Maret – April). Varietas tanaman padi yang diusahakan antara lain Ciherang, Cibogo, Inpari, dan Mekonga. Tanaman kedelai dan jagung dibudidayakan pada musim tanam III yaitu sekitar bulan Juni – Juli. Potensi produktivitas tanaman padi di Poktan Kedungsuko Satu berkisar 7-8 ton per hektar, namun selama ini pencapaian di lapangan masih dibawah potensinya. Salah satu penyebabnya adalah serangan hama dan penyakit yang selama ini menyebabkan kerugian paling besar yaitu wereng batang coklat (WBC) dan walang sangit.
WBC merupakan hama utama tanaman padi yang dapat mengakibatkan puso atau gagal panen. Menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan batang, skema serangannya masif dan perkembangbiakannya cepat membuat hama WBC menjadi penyebab kerusakan padi yang patut diwaspadai. Walang sangit juga merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi, jika WBC menghisap cairan tanaman dari batang, maka walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga dan buah padi yang masih dalam tahap masak susu. Pengendalian hama baik WBC maupun walang sangit selama ini mengandalkan penggunaan insektisida kimia.
Beauveria bassiana adalah salah satu jamur entomopatogen yang dapat digunakan untuk pengendalian hama pada tanaman padi. Selain dapat digunakan untuk pengendalian hama pada tanaman pangan khususnya padi, Beauveria bassiana juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada beberapa tanaman atau komoditas lain seperti tanaman sayur-sayuran, maupun tanaman perkebunan seperti kopi atau kakao. Dalam mengendalikan hama terutama golongan serangga, Beauveria bassiana akan menginfeksi tubuh serangga melalui permukaan kulit atau saluran pencernaan selanjutnya cendawan ini akan berkembang biak dan memproduksi racun beauverin yang akan merusak tubuh dari serangga tersebut. Serangga yang terserang jamur beauveria bassiana ini akan mati dengan kulit mengeras dan tubuh yang tertutup hifa berwarna putih. Keunggulan penggunaan agen hayati dalam hal ini Beauveria bassiana dibandingkan dengan penggunaan insektisida kimia adalah tetap terjaganya keseimbangan ekosistem seperti populasi musuh alami hama wereng dan walang sangit yang tidak ikut mati seperti dalam penyemprotan pestisida kimia.
Mengingat banyaknya manfaat dan keuntungan yang didapat dari penggunaan agen hayati untuk mengendalikan hama penyakit pada tanaman padi, Poktan Kedungsuko Satu berinisiatif untuk membuat agen hayati Beauveria bassiana. Pembuatan agen hayati ini dipandu oleh petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Bangsalsari Sasrur Romadhoni, beserta PPL setempat.
Bahan, Cara Membuat dan Aplikasi
Bahan pembuatan agen hayati Beauveria bassiana adalah rendaman air kedelai, gula pasir, minyak, dan isolat Beauveria bassiana. Cara pembuatannya adalah dengan merebus kedelai kemudian diambil airnya dan dimasukkan ke dalam galon dan didiamkan selama sehari, setelah dingin isolat Beauveria bassiana dimasukkan ke dalam galon yang sudah ditambah dengan gula pasir dan minyak tersebut. Selanjutnya inkubasi dilakukan selama 14 hari baru kemudian cendawan beauveria bassiana dapat diaplikasikan.
Aplikasi cendawan beauveria bassiana untuk mengendalikan hama WBC ataupun walang sangit dapat dilakukan dengan mencampurkan 100 sampai 200 ml dalam satu tangki semprot ukuran 14 sampai 16 liter. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari. Aplikasi cendawan beauveria bassiana tidak dapat dicampur dengan aplikasi pestisida kimia khususnya fungisida karena akan berakibat negatif terhadap agen hayati tersebut. Penyemprotan cendawan beauveria bassiana untuk mengendalikan hama wereng batang coklat dan Walang Sangit dapat dilakukan beberapa kali dalam satu atau dua minggu. Dampak penggunaan agen hayati ini ini dapat terlihat dalam beberapa hari di mana sama yang terinfeksi akan mati dalam kondisi tubuh mengeras atau menjadi mumi dan tertutup hifa berwarna putih.
Respon cepat pemerintah menangani permasalahan hama dan penyakit tanaman selaras dengan pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. “Semua harus bergerak membantu petani mengamankan produksi padi dari ancaman serangan hama wereng ataupun hama lainnya yang mengancam produksi pangan nasional,” tegas Mentan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengemukakan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian, namun sektor pertanian semakin kokoh lantaran kerja keras petani didampingi penyuluh.
“Petani harus turun ke lapangan, penyuluh harus turun ke lapangan dan mendampingi petani. Dalam kondisi apa pun, pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Untuk itu, kita harus tanam dan memastikan produksi tidak berhenti,” tegas Dedi. SY/YUDI/YNI