JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan langkah-langkah strategis untuk menghadapi El Nino. Karena saat ini El Nino sudah terjadi, maka Kementan beserta jajarannya melakukan langkah mitigasi dan adaptasi. Kementan juga terus mendorong dan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, saat ini tantangan pembangunan pertanian sangatlah besar. Selain, adanya perubahan iklim atau climate change, juga terjadi degradasi lahan, sarana produksi terbatas, khusus pupuk kimia kian mahal, produksi juga tidak efisien dengan penurunan produktivitas lahan.
Menyikapi perubahan iklim tak menentu, kata Mentan Syahrul, pelaku pertanian dituntut membuat pertanian agar lebih ramah lingkungan sekaligus berdapatasi dengan fenomena alam lainnya, sehingga produktivitas dan keragaman komoditi pertanian bisa dicapai.
Karena saat ini El Nino sudah terjadi maka Kementan dan jajarannya melakukan mitigasi dan adaptasi, ungkap Mentan Syahrul lagi.
Senada hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa sejak awal tahun ini BMKG telah menyampaikan bahwa mulai bulan Mei akan terjadi El Nino, dan ini akan berdampak pada sektor pertanian.
“Sosialisasi kepada para penyuluh pertanian, petani dan pemerhati pertanian akibat dampak El Nino pun telah dilakukan oleh BPPSDMP”, ujar Kabadan Dedi.
Sementara itu, Sekretaris BPPSDMP, Siti Munifah yang menjadi narasumber pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) Volume 28, Jumat (11/08/2023) dari Ruang AOR BPPSDMP mengatakan fenonema El Nino menyebabkan meningkatnya suhu perairan di Pasifik timur dan tengah yang mengakibatkan meningkatnya suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya.
“Dampak yang dirasakan dari perubahan iklim terhadap sektor pertanian, salah satunya yaitu kemunduran sifat kimia tanah disebabkan pencucian hara, pengasaman dan salinisasi”, ungkap Munifah.
Munifah menambahkan, bahwa menghadapi strategi perubahan iklim dengan strategi umum yaitu dengan melakukan prediksi terjadinya perubahan iklim, menyiapkan sarana dan prasarana pertanian dan sumberdaya lainnya yang diperlukan. Diantaranya dengan melakukan sosialisasi dan menyampaikan hasil prediksi iklim secara cepat kepada para petani dan berbagai pihak terkait.
“Sedangkan untuk strategi khusus yang dilakukan yaitu dengan penyesuaian pola dan waktu tanam, pengelolaan air dan pemanfaatan sumber daya air alternatif, penyelamatan dan perlindungan serta pemberdayaan petani”, pungkasnya. HV/NF